Menurut Armai Arif (2002:127) Pengertian hadiah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Hadiah adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi motivator belajar siswa.
2. Hadiah juga termasuk memberikan sesuatu terhadap prilaku baik dari siswa dalam proses pendidikan.
Dengan demikian reward adalah suatu yang berfungsi insentif, yaitu suatu yang penting bagi anak yang dapat memperbesar kemungkinan bertambah giatnya usaha untuk mempertinggi atau memperbaiki prestasi, maka pemberian reward sangat penting untuk meningkat motivasi kegiatan yang produktif (Kartamihardja dan ardiwinata,1997:142)
Maksud pemberian hadiah (reward) bukanlah semata-mata karena hasil yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu, pendidikan bertujuan membentuk kata hati kemauannya lebih baik dan lebih keras kepada anak.
oleh karena itu, maka seorang pendidik hendaklah menanamkan pada diri anak supaya mengerjakan dan berbuat yang lebih baik dan tidak mengharapkan pujian atau penghargaan untuk siswa yang berprestasi. hal ini akan memacu semanggat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang berprestasi(Rahman dan sutikno,2009:21).
Hadiah yang diberikan dalam pendidikan tidak boleh bersifat upah."Upah" adalah suatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa.sedangkan reward sebagai alat pendidikan yang tidak demikian halnya. akan tetapi belum tentu anak yang terpandai atau terbaik pekerjaanya di sekolah mendapat penghargaan dari gurunya sebab, jika demikian halnya. penghargaan itu sudah berubah sifatnya menjadi “Upah”, jika penghargaan itu sudah berubah sifat menjadi upah, penghargaan itu tidak lagi bernilai mendidik. seperti halnya anak mau bekerja giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah dan jika tidak ada upah atau sesuatu yang diharapkanya mungkin anak itu berbuat seenaknya saja (Purwanto,2007:182).
Adapun dampak negatif dari pemberian reward,di khawatirkan rasa “takut mengecewakan orangtua” ini akan membebani anak dalam perjalanan hidupnya ke depan. Atau dari sisi lain, anak tanpa sadar akan kurang menghargai hal-hal sederhana, reward-reward sederhana, karena telah mendapatkan sesuatu yang jauh melampaui keinginannya. Iya kalau hidupnya sejahtera selamanya. Bagaimana kalau tidak?
1. Hadiah adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi motivator belajar siswa.
2. Hadiah juga termasuk memberikan sesuatu terhadap prilaku baik dari siswa dalam proses pendidikan.
Dengan demikian reward adalah suatu yang berfungsi insentif, yaitu suatu yang penting bagi anak yang dapat memperbesar kemungkinan bertambah giatnya usaha untuk mempertinggi atau memperbaiki prestasi, maka pemberian reward sangat penting untuk meningkat motivasi kegiatan yang produktif (Kartamihardja dan ardiwinata,1997:142)
Maksud pemberian hadiah (reward) bukanlah semata-mata karena hasil yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu, pendidikan bertujuan membentuk kata hati kemauannya lebih baik dan lebih keras kepada anak.
oleh karena itu, maka seorang pendidik hendaklah menanamkan pada diri anak supaya mengerjakan dan berbuat yang lebih baik dan tidak mengharapkan pujian atau penghargaan untuk siswa yang berprestasi. hal ini akan memacu semanggat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang berprestasi(Rahman dan sutikno,2009:21).
Hadiah yang diberikan dalam pendidikan tidak boleh bersifat upah."Upah" adalah suatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa.sedangkan reward sebagai alat pendidikan yang tidak demikian halnya. akan tetapi belum tentu anak yang terpandai atau terbaik pekerjaanya di sekolah mendapat penghargaan dari gurunya sebab, jika demikian halnya. penghargaan itu sudah berubah sifatnya menjadi “Upah”, jika penghargaan itu sudah berubah sifat menjadi upah, penghargaan itu tidak lagi bernilai mendidik. seperti halnya anak mau bekerja giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah dan jika tidak ada upah atau sesuatu yang diharapkanya mungkin anak itu berbuat seenaknya saja (Purwanto,2007:182).
Adapun dampak negatif dari pemberian reward,di khawatirkan rasa “takut mengecewakan orangtua” ini akan membebani anak dalam perjalanan hidupnya ke depan. Atau dari sisi lain, anak tanpa sadar akan kurang menghargai hal-hal sederhana, reward-reward sederhana, karena telah mendapatkan sesuatu yang jauh melampaui keinginannya. Iya kalau hidupnya sejahtera selamanya. Bagaimana kalau tidak?