Ukuran tinggi badan menjadi salah satu indikator tumbuh kembang anak. Anak yang sehat memiliki tinggi dan berat badan seimbang. Anak yang sehat biasanya tumbuh di lingkungan yang juga sehat. Anak sehat dengan tinggi ideal memiliki asupan gizi optimal untuk mendukung tumbuh kembangnya. Sebaliknya, anak bertubuh pendek kemungkinan lahir dari di lingkungan dengan asupan gizi buruk.
Menurut Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, Minarto, tinggi badan anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya tinggi badan ibu. Seorang ibu yang tinggi badannya rendah dan memiliki riwayat kurang gizi, berpeluang melahirkan seorang anak yang memiliki kecenderungan tinggi badan tidak maksimal.
Menurut Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, Minarto, tinggi badan anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya tinggi badan ibu. Seorang ibu yang tinggi badannya rendah dan memiliki riwayat kurang gizi, berpeluang melahirkan seorang anak yang memiliki kecenderungan tinggi badan tidak maksimal.
Perlu diperhatikan tinggi badan tidak selalu berpatokan pada masalah keturunan. Anak pendek berpeluang lahir dari ibu yang juga pendek," kata Minarto pada Seminar Nasional Pangan dan Gizi dan Kongres Pergizi Pangan Indonesia 2013, Selasa (25/6) kemarin di Jakarta.
Minarto tidak menyebutkan seberapa besar risiko ibu pendek akan melahirkan anak pendek. Tetapi risiko dapat dipengaruhi oleh riwayat gizi sang ibu. Asupan gizi yang tidak mencukupi ketika ibu masih kecil akan menyebabkan sel pada tubuh ibu tak bisa tumbuh sempurna. Padahal sel inilah yang kemudian menyusun tubuh dan sel reproduksi ibu ketika hamil.
Hal ini berlanjut sampai usia remaja dan menjelang kehamilan. Gizi yang tidak cukup, menyebabkan calon ibu tidak bisa menyiapkan sel reproduksinya. Gizi yang minim juga mempengaruhi penyusunan saluran makan anak ke ibu, saat bayi dalam kandungan. Gizi yang minim menyebabkan saluran makanan lebih kecil.
"Akibatnya, bayi tidak bisa mengambil intake semaksimal mungkin dari tubuh ibunya. Sehingga, pemenuhan gizi bayi dalam kandungan menjadi tidak maksimal," kata Minarto.
Dengan kondisi seperti ini sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak ketika dewasa nanti. Oleh sebab itu, perlu pemenuhan gizi Ibu menjadi jalan keluar. Bila gizi ibu tercukupi, maka peluang lahirnya generasi yang sehat terbuka lebar.
Pemenuhan gizi, lanjut Minarto, sebaiknya dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum merencanakan kehamilan. "Gizi itu seperti siklus. Dari ibu yang sehat bisa lahir anak yang sehat, demikian sebaliknya," ujarnya. "berbagai sumber"
Minarto tidak menyebutkan seberapa besar risiko ibu pendek akan melahirkan anak pendek. Tetapi risiko dapat dipengaruhi oleh riwayat gizi sang ibu. Asupan gizi yang tidak mencukupi ketika ibu masih kecil akan menyebabkan sel pada tubuh ibu tak bisa tumbuh sempurna. Padahal sel inilah yang kemudian menyusun tubuh dan sel reproduksi ibu ketika hamil.
Hal ini berlanjut sampai usia remaja dan menjelang kehamilan. Gizi yang tidak cukup, menyebabkan calon ibu tidak bisa menyiapkan sel reproduksinya. Gizi yang minim juga mempengaruhi penyusunan saluran makan anak ke ibu, saat bayi dalam kandungan. Gizi yang minim menyebabkan saluran makanan lebih kecil.
"Akibatnya, bayi tidak bisa mengambil intake semaksimal mungkin dari tubuh ibunya. Sehingga, pemenuhan gizi bayi dalam kandungan menjadi tidak maksimal," kata Minarto.
Dengan kondisi seperti ini sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak ketika dewasa nanti. Oleh sebab itu, perlu pemenuhan gizi Ibu menjadi jalan keluar. Bila gizi ibu tercukupi, maka peluang lahirnya generasi yang sehat terbuka lebar.
Pemenuhan gizi, lanjut Minarto, sebaiknya dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum merencanakan kehamilan. "Gizi itu seperti siklus. Dari ibu yang sehat bisa lahir anak yang sehat, demikian sebaliknya," ujarnya. "berbagai sumber"